as

as

Rabu, 30 April 2014

SEMERU ADVENTURE

MY JOURNEY
BY: ADAM WIBOWO
Hello all my friends. Thanks for this opportunity. Allright, here I want to tell you about a parts of my life. It is about my unforgetable experience.
I have many hobbies. One of them is hiking or climbing. I have climbed some mountain in Java. And last year on the exact month November, I tried to reach the highest peak in Java, Mahameru or the top of mountain Semeru. It is located in Malang, East Java. its need about 3 days to reach Mahameru. So I requested annual leave to my manager 5 days. And Alhamdulillah my manager fulfilled my requestation. I went to semeru with my friends, three from Solo, one from Jakarta, and one from Malang. So there were six persons. Heri, Wahyu, Bayu are from Solo. Arul is from Jakarta. And Sonny is from Malang. Heri, Wahyu, Bayu and me waited for Arul in Solo.
We went to Malang from Solo by train. We departured from Balapan station on Saturday, November second. And sonny waited for us in Malang. We arrived in Malang at 6 am. We had breakfast. And then we continued our journey by mini bus to Terminal  Arjosari. There, we met Sonny. We happy sonny to joined us. Then we continued our journey to Tumpang. We arrived in Tumpang at 11 am. We bought things what we needs. Like foods, aqua, medicines, gass, and so on. Then we continued to Coban. There were not  public transportation from Tumpang to Coban. So we had to rent a Jeeb. After from Coban we went to Ranu Pane. There were ojek From Coban to Ranu Pane, but we had to walk about 2 km to get it.
We arrived at Ranu Pane at 1 pm. Ranu Pane is the last village we can reach by motorcycles. Here, we registered our team. We submitted our requirements. we had lunch and praying in Ranu Pane. And then we continued our journey by on foot. We started our hike. We walked10.5 KM to the beautiful RanuKumbolo lake where we had our rest near the lake. We set up tents near the lake. We had dinner and taking a rest.
I got up in the morning. I saw a beautyfull scene. Where the sun shined on the lake. After having a breakfast we climbed the steep Love Slop or TanjakanCinta. After climbing TanjakanCinta, our eyes were entertained with a sea of lavender flowers. That  time was not lavender season. So the colours were black. But we were in awe. This area is called Oro-Oro Ombo. After passing through this amazing scenery, we found ourselves inside a huge pine tree forest (CemoroKandang). After we successfully passing through the pine tree forest, we found ourselves in Jambangan. It is called Jambangan because this area is like a flower vase full of flowers. And finally at 4:00 PM, we reached our camping site, Kalimati. Overall, we have walked 19.5 km by then and was exhausted. We ate our dinner and slept in our tents.
Alarm woke us up at midnight to prepare for our journey for the day. We started our journey at 1:00 am. We crossed a rather steep forest toward Arcopodo which is a vegetation border where we have to walk in the sand.  I noticed that in several corners of the forest, there were memorials for those who passed away when attempting to climb the mountain. My friend told me that most people died either because of being hit by stones. Finally, I reached the vegetation border at 3,000 mdpl. That is when the challenge moved up several levels because we had to walk uphill in the slippery sand. Five steps seemed like 2 steps because my feet continued to slip downward.
Finally I reached the summit at 3,676 mdpl. This is the highest land in the Java island. I reached the summit at 04.25 o’clock. I cried when reaching the summit. There I saw a beautyfull scenery. Sun rised on the ocean of clouds. Once we reached there, for a moment we forgot all the difficulties that we have gone through. I really enjoyed the view other mountain such as bromo, putri, arjuno wirangun. I  were able to hear the sound of “wedhus gembel” very clearly and see how the wedhus gembel was vomited from the mouth semeru. That was very amazing. There was very cold. My friend brought thermometer. And it was 2 derajat celcius. After satisfied taking photos, we went down. Semeru is a mountain fulled with stories, memories, efforts, tears, and everything.
That was my wonderfull journey. It will be unforgettable experience in my life. Thanks for your attention.


THANK YOU

Kamis, 09 Januari 2014

Alexander Pertz Bocah Mualaf

Rasulullah saw bersabda: ”Setiap bayi yang dilahirkan dalam keadaan fitrah. Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, atau Nasrani, atau Majusi.” (HR. Bukhari)
Kisah bocah Amerika ini tidak lain adalah sebuah bukti yang membenarkan hadits tersebut di atas.
Alexander Pertz dilahirkan dari kedua orang tua Nasrani pada tahun 1990 M. Sejak awal ibunya telah memutuskan untuk membiarkannya memilih agamanya jauh dari pengaruh keluarga atau masyarakat. Begitu dia bisa membaca dan menulis maka ibunya menghadirkan untuknya buku-buku agama dari seluruh agama, baik agama langit atau agama bumi. Setelah membaca dengan mendalam, Alexander memutuskan untuk menjadi seorang muslim. Padahal ia tak pernah bertemu muslim seorangpun.
Dia sangat cinta dengan agama ini sampai pada tingkatan dia mempelajari sholat, dan mengerti banyak hukum-hukum syar’i, membaca sejarah Islam, mempelajari banyak kalimat bahasa Arab, menghafal sebagian surat, dan belajar adzan.
Semua itu tanpa bertemu dengan seorang muslimpun. Berdasarkan bacaan-bacaan tersebut dia memutuskan untuk mengganti namanya yaitu Muhammad ’Abdullah, dengan tujuan agar mendapatkan keberkahan Rasulullah saw yang dia cintai sejak masih kecil.
Salah seorang wartawan muslim menemuinya dan bertanya pada bocah tersebut. Namun, sebelum wartawan tersebut bertanya kepadanya, bocah tersebut bertanya kepada wartawan itu, ”Apakah engkau seorang yang hafal Al Quran ?”
Wartawan itu berkata: ”Tidak”. Namun sang wartawan dapat merasakan kekecewaan anak itu atas jawabannya.
Bocah itu kembali berkata , ”Akan tetapi engkau adalah seorang muslim, dan mengerti bahasa Arab, bukankah demikian ?”. Dia menghujani wartawan itu dengan banyak pertanyaan. ”Apakah engkau telah menunaikan ibadah haji ? Apakah engkau telah menunaikan ’umrah ? Bagaimana engkau bisa mendapatkan pakaian ihram ? Apakah pakaian ihram tersebut mahal ? Apakah mungkin aku membelinya di sini, ataukah mereka hanya menjualnya di Arab Saudi saja ? Kesulitan apa sajakah yang engkau alami, dengan keberadaanmu sebagai seorang muslim di komunitas yang bukan Islami ?”

Setelah wartawan itu menjawab sebisanya, anak itu kembali berbicara dan menceritakan tentang beberapa hal berkenaan dengan kawan-kawannya, atau gurunya, sesuatu yang berkenaan dengan makan atau minumnya, peci putih yang dikenakannya, ghutrah (surban) yang dia lingkarkan di kepalanya dengan model Yaman, atau berdirinya di kebun umum untuk mengumandangkan adzan sebelum dia sholat. Kemudian ia berkata dengan penuh penyesalan, ”Terkadang aku kehilangan sebagian sholat karena ketidaktahuanku tentang waktu-waktu sholat.”
Kemudian wartawan itu bertanya pada sang bocah, ”Apa yang membuatmu tertarik pada Islam ? Mengapa engkau memilih Islam, tidak yang lain saja ?” Dia diam sesaat kemudian menjawab.
Bocah itu diam sesaat dan kemudian menjawab, ”Aku tidak tahu, segala yang aku ketahui adalah dari yang aku baca tentangnya, dan setiap kali aku menambah bacaanku, maka semakin banyak kecintaanku”.
Wartawab bertanya kembali, ”Apakah engkau telah puasa Ramadhan ?”
Muhammad tersenyum sambil menjawab, ”Ya, aku telah puasa Ramadhan yang lalu secara sempurna. Alhamdulillah, dan itu adalah pertama kalinya aku berpuasa di dalamnya. Dulunya sulit, terlebih pada hari-hari pertama”. Kemudian dia meneruskan : ”Ayahku telah menakutiku bahwa aku tidak akan mampu berpuasa, akan tetapi aku berpuasa dan tidak mempercayai hal tersebut”.
”Apakah cita-citamu ?” tanya wartawan
Dengan cepat Muhammad menjawab, ”Aku memiliki banyak cita-cita. Aku berkeinginan untuk pergi ke Makkah dan mencium Hajar Aswad”.
”Sungguh aku perhatikan bahwa keinginanmu untuk menunaikan ibadah haji adalah sangat besar. Adakah penyebab hal tersebut ?” tanya wartawan lagi.
Ibu Muhamad untuk pertama kalinya ikut angkat bicara, dia berkata : ”Sesungguhnya gambar Ka’bah telah memenuhi kamarnya, sebagian manusia menyangka bahwa apa yang dia lewati pada saat sekarang hanyalah semacam khayalan, semacam angan yang akan berhenti pada suatu hari. Akan tetapi mereka tidak mengetahui bahwa dia tidak hanya sekedar serius, melainkan mengimaninya dengan sangat dalam sampai pada tingkatan yang tidak bisa dirasakan oleh orang lain”.
Tampaklah senyuman di wajah Muhammad ’Abdullah, dia melihat ibunya membelanya. Kemudian dia memberikan keterangan kepada ibunya tentang thawaf di sekitar Ka’bah, dan bagaimanakah haji sebagai sebuah lambang persamaan antar sesama manusia sebagaimana Tuhan telah menciptakan mereka tanpa memandang perbedaan warna kulit, bangsa, kaya, atau miskin.
Kemudian Muhammad meneruskan, ”Sesungguhnya aku berusaha mengumpulkan sisa dari uang sakuku setiap minggunya agar aku bisa pergi ke Makkah Al-Mukarramah pada suatu hari. Aku telah mendengar bahwa perjalanan ke sana membutuhkan biaya 4 ribu dollar, dan sekarang aku mempunyai 300 dollar.”
Ibunya menimpalinya seraya berkata untuk berusaha menghilangkan kesan keteledorannya, ”Aku sama sekali tidak keberatan dan menghalanginya pergi ke Makkah, akan tetapi kami tidak memiliki cukup uang untuk mengirimnya dalam waktu dekat ini.”
”Apakah cita-citamu yang lain ?” tanya wartawan.
“Aku bercita-cita agar Palestina kembali ke tangan kaum muslimin. Ini adalah bumi mereka yang dicuri oleh orang-orang Israel (Yahudi) dari mereka.” jawab Muhammad
Ibunya melihat kepadanya dengan penuh keheranan. Maka diapun memberikan isyarat bahwa sebelumnya telah terjadi perdebatan antara dia dengan ibunya sekitar tema ini.
Muhammad berkata, ”Ibu, engkau belum membaca sejarah, bacalah sejarah, sungguh benar-benar telah terjadi perampasan terhadap Palestina.”
”Apakah engkau mempunyai cita-cita lain ?” tanya wartawan lagi.
Muhammad menjawab, “Cita-citaku adalah aku ingin belajar bahasa Arab, dan menghafal Al Quran.”
“Apakah engkau berkeinginan belajar di negeri Islam ?” tanya wartawan
Maka dia menjawab dengan meyakinkan : “Tentu”
”Apakah engkau mendapati kesulitan dalam masalah makanan ? Bagaimana engkau menghindari daging babi ?”
Muhammad menjawab, ”Babi adalah hewan yang sangat kotor dan menjijikkan. Aku sangat heran, bagaimanakah mereka memakan dagingnya. Keluargaku mengetahui bahwa aku tidak memakan daging babi, oleh karena itu mereka tidak menghidangkannya untukku. Dan jika kami pergi ke restoran, maka aku kabarkan kepada mereka bahwa aku tidak memakan daging babi.”
”Apakah engkau sholat di sekolahan ?”
”Ya, aku telah membuat sebuah tempat rahasia di perpustakaan yang aku shalat di sana setiap hari” jawab Muhammad
Kemudian datanglah waktu shalat maghrib di tengah wawancara. Bocah itu langsung berkata kepada wartawan,”Apakah engkau mengijinkanku untuk mengumandangkan adzan ?”
Kemudian dia berdiri dan mengumandangkan adzan. Dan tanpa terasa, air mata mengalir di kedua mata sang wartawan ketika melihat dan mendengarkan bocah itu menyuarakan adzan.
Kisah bocah Amerika ini tidak lain adalah sebuah bukti yang membenarkan hadits tersebut di atas.

Setahun Menjadi Mualaf, Doanya Naik Haji Langsung Terkabul


Bulir air mata menyusuri pipi Israel Ponty Moletsane. Ia membiarkannya begitu saja. Tak ada upaya untuk mengusapnya.
Ia tak bisa menahan haru berada di hadapan Ka'bah. Ini pengalaman pertamanya dan membuatnya sangat terkesan. Emosinya terguncang hingga air matanya tak tertahankan. Moletsane mengungkapkan, perjalananya ke Arab Saudi untuk berhaji pada tahun ini sejak awal telah melahirkan beragam ketakjuban. Apalagi, saat matanya terpaku pada Ka'bah.
"Semoga Allah menerima haji saya. Semoga Allah juga melindungi semua orang yang membantu saya menempuh perjalanan menemukan agama yang benar ini," ungkapnya.

Lelaki berusia 29 tahun dari Johannesburg, Afrika Selatan ini adalah mualaf. Tahun lalu, ia memutuskan menanggalkan keyakinan Katoliknya dan beralih ke Islam. Pada tahun ini, kata Moletsane, ia berkesempatan menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci. Inilah yang menjadi pangkal kian bertambahnya ketakjuban dan pengalaman rohaninya.

Perjalanan yang ditempuh Moletsane hingga akhirnya memeluk Islam cukup panjang. Selama lima tahun ia diselubungi teka-teki tentang keyakinan agama. Ia berkenalan dengan Islam saat ia bekerja di radio Channel Islam International, Johannesburg. Dan, semua pertanyaannya soal keyakinan agama terjawab setelah ia membaca Alquran.

Menurut Moletsane, ia awalnya beragama Katolik. Ia pun mempelajari segalanya dalam satu waktu. "Saya selalu melakukan perbandingan. Saat saya menemukan kontradiksi dalam kitab suci, saya terdorong untuk mempelajari lebih jauh tentang Alquran dan Islam," katanya seperti dikutip Arab News.

Pada akhirnya, ungkap dia, ia memutuskan menerima Islam. Namun, ia belum cukup berani mengungkapkannya di muka umum. Ada satu peristiwa pada tahun lalu yang akhirnya ia justru melakukan hal sebaliknya, yakni saat Channel Islam International mengirimkan Maulana Moosa Akoodie, penyiar cendekiawan, untuk meliput haji.

Saat itu, Moletsane dan satu rekannya menyiarkan liputan Akoodie yang sedang berada di Arafah. Ia meminta Akoodie mendoakannya. "Saya pikir ini adalah hal personal. Tapi, Akoodie menyebut nama saya dalam doanya saat siaran langsung itu," ujarnya.
Pada saat bersamaan, ratusan pendengar sedang menyimak siaran tersebut. "Saya terdorong suasana itu dan tiba-tiba saya menemukan semua keberanian untuk mengekspresikan apa yang telah saya yakini dalam hati. Satu jam atau setelah itu saya mengucapkan syahadat secara on air," tuturnya.
Di Arafah, melalui sambungan telepon, Akoodie mendengar pengucapan syahadat yang dilakukan Moletsane. Lalu, ucapan selamat pun berdatangan. Di antara ucapan itu berasal dari Yaqoob Vahed dari Al-Imdaad Foundation. Vahed dalam teleponnya mengatakan akan mensponsori perjalanan hajinya yang dilakukan pada tahun ini. "Begitulah hingga akhirnya sekarang ada di Tanah Suci," ujarnya.

Ia juga melaporkan perjalanan hajinya untuk Channel Islam International. Menurut Moletsane, bagi seorang yang baru masuk Islam, perjalanan ke Tanah Suci melahirkan kekaguman dan ketakjuban. Apalagi saat menatap Ka'bah. "Ketika menatap Ka'bah, saya dapat merasakan kehadiran Allah. Sebuah perasaan yang tak bisa digambarkan," tambahnya.

Sejumlah kejutan Moletsane temukan di Tanah Suci. Termasuk pengalamannya di Madinah. Ia tiba pada 18 Oktober lalu. Ia menemukan komunitas yang hidup berdampingan dalam ketulusan. Suatu hari, ia secara tak sengaja meninggalkan telepon selulernya di sebuah toko.

Hari berikutnya, ia menyadarinya dan kembali ke toko itu. Moletsane menemukan teleponnya dan si pemilik toko menyerahkan telepon itu kepadanya. Ia mengatakan, hal ini menunjukkan persaudaraan. Ia mengungkapkan, banyak warga Afrika Selatan dan orang tuanya sendiri memiliki persepsi yang salah tentang Islam.

Penyiar Channel Islam International, Ebrahim Moosa, mengatakan, laporan-laporan yang disampaikan Moletsane disimak oleh banyak pendengar di negara-negara stasiun radio ini dikenal.

Rabu, 08 Januari 2014

TEKA-TEKI...



Tiga sekawan masuk ke hotel untuk menginap.
Kata petugas, harga sewa kamarnya Rp. 300.000,-.
Masing-masing mengumpulkan uang Rp.100.000,- untuk membayarnya.

Setelah ketiga orang tadi pergi menuju kamar, sang petugas baru sadar ada discount, sehingga harga sewa kamar tsb seharusnya cuma Rp.250.000,-.

Kemudian sang petugas meminta Bel-boy untuk menyerahkan uang Rp. 50.000,- kepada ketiga orang tadi.

Karena uang Rp. 50.000,-berbentuk pecahan Rp10.000,- si Bel-boy hanya menyerahkan uang kepada ketiga orang tadi sebesar Rp.30.000,- sedangkan yang Rp. 20.000,- disimpan untuknya.

Uang yang Rp. Rp.30.000,- tersebut dibagi-bagi ke tiga orang tadi, masing-masing Rp. Rp10.000,-.

Sehingga, bila dihitung-hitung, masing-masing orang hanya membayar Rp. 90.000,-.

Jadi, bertiga sebenarnya membayar Rp 90.000 x 3 = Rp. 270.000,-
Bila ditambahkan ke uang Rp. 20.000,- yang dipegang si Bel-boy, maka jumlahnya menjadi Rp. 290.000,-.

Lantas yang Rp. 10.000,- lagi ke mana hayoo????

kepala sekolah uzur

Suatu hari seorang kepala sekolah pergi melihat pameran lukisan para siswa. Karena penglihatannya tidak terlalu jelas, maka ia mengajak wakil kepala sekolah untuk menuntunnya melihat pameran lukisan tersebut.

Di lukisan pertama :
kepsek : "Wow, lukisan ini sangat bagus. Gambar ikannya benar-benar hidup, seperti baru ditangkap dari lautan. "
wakepsek : "Sttt..., Pak! Itu bukan gambar ikan, tapi gambar buaya. :"

Di lukisan kedua:
kepsek : "Lukisan gajah ini mirip aslinya, benar-benar gagah. "
wakepsek : "Shttt... jangan keras-keras Pak. Itu lukisan banteng. :"

kepala sekolah itu kemudian tidak berkomentar apapun hingga beberapa menit kemudian

kepsek : "Wah, sing iki apik tenan. Lukisan monyetnya begitu nyata anatominya. Mirip sekali dengan aslinya, tidak ada bedanya "

wakepsek : "Sssst... Jangan keras-keras Pak. Itu cermin! "

“ Dosen VS Mahasiswa ”



Di sebuah kelas ada dosen yang bertanya kemahasiswanya.
D : Apa ada yang pernah lihat Tuhan?
M : (diam semua)
D : Apa ada yang pernah mendengar suara Tuhan?
M : (diam semua)
D : Apa ada yang pernah menyentuh Tuhan?
M : (diam semua)
D : Kesimpulannya berarti Tuhan itu tidak ada.
(dosen pun gembira)
Tiba"ada mahasiswa yang tidak terima dan membalasnya.
M : Apa ada yang pernah lihat otaknya dosen?
(diam semua)
M :Apa ada yang pernah mendenga suara otaknya dosen!
(diam semua)
M :Apa ada yang pernah menyentuh otaknya dosen?
(diam semua)
M : Kesimpulannya berarti dosen itu tidak punya otak.
Semua mahasiswa pun bersorak gembira... 

Cari Kantor Polisi

“Kenapa kamu mencuri tape mobil?” tanya polisi kepada Salim, ketika dia diperiksa di kantor polisi.
“Saya terpaksa melakukannya, Pak,” jawab Salim.
“Terpaksa bagaimana?” tanya Pak polisi.
“Dari pagi saya ada perlu ke kantor polisi, tapi tidak ketemu, lalu saya tanya ke teman, ee ee.. dia jga ga tau dimana kantor polisi. Ya sudah… supaya sampai ke kantor polisi, saya terpaksa maling tape di mobil. Buktinya sekarang saya bisa sampai ke kantor polisi ini.”
“Terus, kenapa kamu mencari kantor polisi segala?”
“Itu, Pak… mau membuat… Surat Keterangan Kelakuan Baik”
:D