Surat kabar Mesir, al-Ahram (Surat kabar edisi tanggal 29 Mei 1961,
Islamuna, Sayyid Sabiq, hlm. 210), mengangkat sebuah berita yang berjudul,
“Para Dosen di Perguruan Tinggi Menyarankan Para Mahasiswi untuk Segera
Menikah.” Berita tersebut menyebutkan bahwa pada minggu itu, seorang dosen
wanita di sebuah perguruan tinggi di Inggris berdiri di depan ratusan para
mahasiswa untuk menyampaikan pesan terakhir
dalam rangka pengunduran dirinya dalam praktik belajar mengajar.
Dosen wanita itu berkata, “Inilah diri saya
yang telah mencapai usia enampuluh tahun. Dalam usia ini, saya telah mencapai
tingkat yang paling tinggi. Saya selalu sukses. Jabatan saya selalu naik setiap
tahun. Saya pun telah memberikan andil besar dalam masyarakat. Setiap detik
hari-hari saya, telah mendatangkan keuntungan untuk diri saya. Saya telah
mendapatkan populariatas dan materi yang sangat banyak. Saya telah mendapatkan
kesempatan untuk berkeliling ke seluruh dunia. Tetapi sekarang, apakah saya
bahagia setelah mendapatkan seluruh kesuksesan itu?
Kesibukan saya dalam mengajar, keliling
dunia, dan mencari popularitas, telah membuat saya lupa sebagai seorang wanita,
untuk melakukan hal yang lebih penting dari semua itu.
Saya lupa untuk menikah, mempunyai anak,
dan menikmati kehidupan dengan tenang.
Saya sama sekali tidak ingat itu semua,
kecuali ketika saya hendak mengajukan permohonan pengunduran diri saya. Saat
ini, saya merasa belum melakukan sesuatu apa pun dalam hidup. Saya juga merasa
bahwa seluruh usaha yang telah saya lakukan selama ini telah lenyap dengan
sia-sia. Saya akan mengundurkan diri, lalu setelah setahun atau dua tahun dari
pengunduran diri saya ini, semua orang akan melupakan saya dengan kesibukan
mereka masing-masing. Akan tetapi, jika saya menikah dan membangun keluarga
yang besar, maka saya akan meninggalkan kesan yang indah dan melakukan suatu
kebaikan dalam hidup ini.
Tugas seorang wanita adalah menikah dan
membentuk suatu keluarga. Selain dari hal itu, usaha apapun yang dia lakukan
tidak akan mempunyai nilai sedikitpun
bagi kehidupannya. Saya ingin berpesan kepada seluruh mahasiswi, agar
meletakkan persoalan ini pada point nomor satu. Setelah itu, barulah dia
memikirkan pekerjaan dan popularitas.”
Orang-orang it hanya menghabiskan umur mereka
dan tidak menyadari makna kehidupan sebenarnya, kecuali setelah mereka memasuki
usia senja. Lebih aneh lagi adalah para wanita muslimah yang mengikuti cara
hidup mereka yang semrawut tanpa berlandaskan petunjuk yang benar. Alloh SWT
telah menunjukkan dan menerangkan kepada kita jalan kebenaran itu. Beruntunglah
orang yang dapat mengambil pelajaran
dari ornag lain. Maka, hendak kemanakah kalian, wahai wanita muslimah?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar