Apakah Anda mengasihi Ibu Anda?
Apakah Anda masih ingat betapa besar kasih sayangnya Ibu Anda?
Dan bacalah artikel ini yg saya persembahkan untuk mba Jusniar yg juga sangat mengasihi Ibunya.
Kasih seorang Ibu.
Jalannya sudah ter-titih2, karena usianya sudah lebih dari 70 th,
sehingga kalau tidak perlu sekali, jarang ia bisa dan mau keluar rumah.
Walaupun ia mempunyai seorang anak perempuan, ia harus tinggal dirumah
jompo, karena kehadirannya tidak di-inginkan.
Masih teringat olehnya, betapa berat penderitaannya ketika akan
melahirkan putrinya tsb. Ayah dari anak tsb minggat setelah
menghamilinya tanpa mau bertanggung jawab atas perbuatannya. Disamping
itu keluarganya menuntut agar ia menggugurkan bayi yg belum dilahirkan,
karena keluarganya merasa malu mempunyai seorang putri yg hamil sebelum
nikah, tetapi ia tetap mempertahakannya, oleh sebab itu ia diusir dari
rumah orang tuanya.
Selain aib yg harus di tanggung, ia pun harus bekerja berat di pabrik
untuk membiayai hidupnya. Ketika ia melahirkan putrinya, tidak ada
seorang pun yg mendampinginya. Ia tidak mendapatkan kecupan manis maupun
ucapan selamat dari siapapun juga, yg ia dapatkan hanya cemohan, karena
telah melahirkan seorang bayi haram tanpa bapa.
Walaupun demikian ia merasa bahagia sekali atas berkat yg didapatkannya
dari Tuhan dimana ia telah dikaruniakan seorang putri. Ia berjanji akan
memberikan seluruh kasih sayang yg ia miliki hanya untuk putrinya
seorang, oleh sebab itulah putrinya diberi nama Love - Kasih.
Siang ia harus bekerja berat di pabrik dan diwaktu malam hari ia harus
menjahit sampai jauh malam, karena itu merupakan penghasilan tambahan yg
ia bisa dapatkan. Terkadang ia harus menjahit s/d jam 2 pagi, tidur
lebih dari 4 jam sehari itu adalah sesuatu kemewahan yg tidak pernah ia
dapatkan. Bahkan Sabtu Minggu pun ia masih bekerja menjadi pelayan
restaurant.
Ini ia lakukan semua agar ia bisa membiayai kehidupan maupun biaya
sekolah putrinya yg tercinta. Ia tidak mau menikah lagi, karena ia masih
tetap mengharapkan, bahwa pada suatu saat ayah dari putrinya akan
datang balik kembali kepadanya, disamping itu ia tidak mau memberikan
ayah tiri kepada putrinya.
Sejak ia melahirkan putrinya ia menjadi seorang vegetarian, karena ia
tidak mau membeli daging, itu terlalu mahal baginya, uang untuk daging
yg seyogianya ia bisa beli, ia sisihkan untuk putrinya. Untuk dirinya
sendiri ia tidak pernah mau membeli pakaian baru, ia selalu menerima dan
memakai pakaian bekas pemberian orang, tetapi untuk putrinya yg
tercinta, hanya yg terbaik dan terbagus ia berikan, mulai dari pakaian
s/d makanan.
Pada suatu saat ia jatuh sakit, demam panas. Cuaca diluaran sangat
dingin sekali, karena pada saat itu lagi musim dingin menjelang hari
Natal. Ia telah menjanjikan untuk memberikan sepeda sebagai hadiah Natal
untuk putrinya, tetapi ternyata uang yg telah dikumpulkannya belum
mencukupinya. Ia tidak ingin mengecewakan putrinya, maka dari itu
walaupun cuaca diluaran dingin sekali, bahkan dlm keadaan sakit dan
lemah, ia tetap memaksakan diri untuk keluar rumah dan bekerja. Sejak
saat tsb ia kena penyakit rheumatik, sehingga sering sekali badannya
terasa sangat nyeri sekali. Ia ingin memanjakan putrinya dan memberikan
hanya yg terbaik bagi putrinya walaupun untuk ini ia harus bekorban,
jadi dlm keadaan sakit ataupun tidak sakit ia tetap bekerja, selama
hidupnya ia tidak pernah absen bekerja demi putrinya yg tercinta.
Karena perjuangan dan pengorbanannya akhirnya putrinya bisa melanjutkan
studinya diluar kota. Disana putrinya jatuh cinta kepada seorang pemuda
anak dari seorang konglomerat beken. Putrinya tidak pernah mau mengakui
bahwa ia masih mempunyai orang tua. Ia merasa malu bahwa ia ditinggal
minggat oleh ayah kandungnya dan ia merasa malu mempunyai seorang ibu yg
bekerja hanya sebagai babu pencuci piring di restaurant.
Oleh sebab itulah ia mengaku kepada calon suaminya bahwa kedua orang tuanya sudah meninggal dunia.
Pada saat putrinya menikah, ibunya hanya bisa melihat dari jauh dan
itupun hanya pada saat upacara pernikahan di gereja saja. Ia tidak di
undang, bahkan kehadirannya tidaklah di inginkan. Ia duduk di sudut
kursi paling belakang di gereja, sambil mendoakan agar Tuhan selalu
melindungi dan memberkati putrinya yg tercinta. Sejak saat itu ber-th2
ia tidak mendengar kabar dari putrinya, karena ia dilarang dan tidak
boleh menghubungi putrinya. Pada suatu hari ia membaca di koran bahwa
putrinya telah melahirkan seorang putera, ia merasa bahagia sekali
mendengar berita bahwa ia sekarang telah mempunyai seorang cucu.
Ia sangat mendambakan sekali untuk bisa memeluk dan menggendong cucunya,
tetapi ini tidak mungkin, sebab ia tidak boleh menginjak rumah
putrinya. Untuk ini ia berdoa tiap hari kepada Tuhan, agar ia bisa
mendapatkan kesempatan untuk melihat dan bertemu dgn anak dan cucunya,
karena keinginannya sedemikian besarnya untuk bisa melihat putri dan
cucunya, ia melamar dgn menggunakan nama palsu untuk menjadi babu di
rumah keluarga putrinya.
Ia merasa bahagia sekali, karena lamarannya diterima dan diperbolehkan
bekerja disana. Dirumah putrinya ia bisa dan boleh menggendong cucunya,
tetapi bukan sebagai Oma dari cucunya melainkan hanya sebagai babu dari
keluarga tsb. Ia merasa berterima kasih sekali kepada Tuhan, bahwa ia
permohonannya telah dikabulkan.
Dirumah putrinya, ia tidak pernah mendapatkan perlakuan khusus, bahkan
binatang peliharaan mereka jauh lebih dikasihi oleh putrinyada daripada
dirinya sendiri. Disamping itu sering sekali di bentak dan dimaki oleh
putri dan anak darah dagingnya sendiri, kalau hal ini terjadi ia hanya
bisa berdoa sambil menangis di dlm kamarnya yg kecil dibelakang dapur.
Ia berdoa agar Tuhan mau mengampuni kesalahan putrinya, ia berdoa agar
hukuman tidak dilimpahkan kepada putrinya, ia berdoa agar hukuman itu
dilimpahkan saja kepadanya, karena ia sangat menyayangi putrinya
Setelah bekerja ber-th2 sebagai babu tanpa ada orang yg mengetahui siapa
dirinya dirumah tsb, akhirnya ia menderita sakit dan tidak bisa bekerja
lagi. Mantunya merasa berhutang budi kepada pelayan tuanya yg setia ini
sehingga ia memberikan kesempatan untuk menjalankan sisa hidupnya di
rumah jompo. Puluhan th ia tidak bisa dan tidak boleh bertemu lagi dgn
putri kesayangannya. Uang pension yg ia dapatkan selalu ia sisihkan dan
tabung untuk putrinya, dgn pemikiran siapa tahu pada suatu saat ia
membutuhkan bantuannya.
Pada tahun lampau beberapa hari sebelum hari Natal, ia jatuh sakit lagi,
tetapi ini kali ia merasakan bahwa saatnya sudah tidak lama lagi. Ia
merasakan bahwa ajalnya sudah mendekat. Hanya satu keinginan yg ia
dambakan sebelum ia meninggal dunia, ialah untuk bisa bertemu dan boleh
melihat putrinya sekali lagi. Disamping itu ia ingin memberikan seluruh
uang simpanan yg ia telah kumpulkan selama hidupnya, sebagai hadiah
terakhir untuk putrinya.
Suhu diluaran telah mencapai 17 derajat dibawah nol dan salujupun turun
dgn lebatnya, jangankan manusia anjingpun pada saat ini tidak mau keluar
rumah lagi, karena diluaran sangat dingin, tetapi Nene tua ini tetap
memaksakan diri untuk pergi kerumah putrinya. Ia ingin betemu dgn
putrinya sekali lagi yg terakhir kali. Dgn tubuh menggigil karena
kedinginan, ia menunggu datangnya bus ber-jam2 diluaran. Ia harus dua
kali ganti bus, karena jarak rumah jompo tempat dimana ia tinggal
letaknya jauh dari rumah putrinya. Satu perjalanan yg jauh dan tidak
mudah bagi seorang nene tua yg berada dlm keadaan sakit.
Setiba dirumah putrinya dlm keadaan lelah dan kedinginan ia mengetuk
rumah putrinya dan ternyata purtinya sendiri yg membukakan pintu rumah
gedong dimana putrinya tinggal. Apakah ucapan selamat datang yg
diucapkan putrinya? Apakah rasa bahagia bertemu kembali dgn ibunya?
Tidak! Bahkan ia di tegor: "Kamu sudah bekerja dirumah kami puluhan th
sebagai pembantu, apakah kamu tidak tahu bahwa untuk pembantu ada pintu
khusus, ialah pintu dibelakang rumah!"
"Nak, Ibu datang bukannya untuk bertamu melainkan hanya ingin memberikan
hadiah Natal untukmu. Ibu ingin melihat kamu sekali lagi, mungkin yg
terakhir kalinya, bolehkah saya masuk sebentar saja, karena diluaran
dingin sekali dan sedang turun salju. Ibu sudah tidak kuat lagi nak!"
kata wanita tua itu.
"Maaf saya tidak ada waktu, disamping itu sebentar lagi kami akan
menerima tamu seorang pejabat tinggi, lain kali saja. Dan kalau lain
kali mau datang telepon dahulu, jangan sembarangan datang begitu saja!"
ucapan putrinya dgn nada kesal. Setelah itu pintu di tutup dgn keras. Ia
mengusir ibu kandungnya sendiri, seperti juga mengusir seorang
pengemis. Tidak ada rasa kasih, jangankan kasih belas kesianpun tidak
ada.
Setelah beberapa saat kemudian bel rumah bunyi lagi, ternyata ada orang
mau pinjam telepon dirumah putrinya "Maaf Bu, mengganggu, bolehkah kami
pinjam teleponnya sebentar untuk menelpon kekantor polisi, sebab dihalte
bus di depan ada seorang nene meninggal dunia, rupanya ia mati
kedinginan!" Wanita tua ini mati bukan hanya kedinginan jasmaniahnya
saja, tetapi juga perasaannya. Ia sangat mendambakan sekali kehangatan
dari kasih sayang putrinya yg tercinta yg tidak pernah ia dapatkan
selama hidupnya.
Begitu juga dgn mang Ucup, saya sangat merindukan dan sangat mendambakan
sekali belaian kasih sayang dari Ibu saya, jangankan belaian kasih
sayang, melihatpun ini sudah tidak mungkin lagi, walaupun kedua orang
tuanya mang Ucup masih hidup dan tinggal di Bandung, sebab mang Ucup
masih belum boleh dan belum bisa pulang ke Indonesia. Pada saat saya
menulis artikel inipun terlinang air mata saya keluar, karena teringat
kepada Mamah saya, teringat akan semua pengorbanan dan kasih sayang yg
telah diberikannya kepada saya.
Kapankah doa saya akan terkabul, sehingga saya bisa melihat beliau lagi,
kapankah saya akan bisa merasakannya lagi belaian kasih sayangnya? Ibu
saya tidak melek komputer, bahkan beliau seorang wanita yg buta aksara,
tetapi untuk mang Ucup pribadi beliau adalah wanita yg paling hebat,
dimana s/d detik ini mang Ucup masih bisa belajar dari padanya.
Belajar memberikan dan membagikan kasih tanpa pamrih dan tanpa lagas.
Ibunya mang Ucup menderita sakit kanker, tetapi ia tidak pernah
mengeluh. Tiap kali saya menelpon Ibu, pertanyaan standard selalu
diajukan kepada saya: "Apa yg Ibu bisa bantu untukmu nak?" Ia tidak
memohon untuk dirinya sendiri dlm doanya, yg ia utamakan selalu hanyalah
kami anak2nya! Ia selalu mendoakan kami siang dan malam.
Maka dari itulah untuk mang Ucup, Ibu saya adalah wanita yg tercantik
sejagat raya, melebihi daripada Michael Preifer walaupun ia barusan saja
terpilih oleh majalah People sebagai wanita tercantik sedunia untuk th
1999.
Seorang Ibu melahirkan dan membesarkan anaknya dgn penuh kasih sayang
tanpa mengharapkan pamrih apapun juga. Seorang Ibu bisa dan mampu
memberikan waktunya 24 jam sehari bagi anak2nya, tidak ada perkataan
siang maupun malam, tidak ada perkataan lelah ataupun tidak mungkin dan
ini 366 hari dlm setahun.
Seorang Ibu mendoakan dan mengingat anaknya tiap hari bahkan tiap menit
dan ini sepanjang masa. Bukan hanya setahun sekali saja pada hari2
tertentu. Kenapa kita baru bisa dan mau memberikan bunga maupun hadiah
kepada Ibu kita hanya pada waktu hari Ibu saja "Motherday" tgl. 9. Mei
1999 yg akan dtg ini sedangkan di hari2 lainnya tidak pernah
mengingatnya, boro2 memberikan hadiah, untuk menelpon saja kita tidak
punya waktu. Kita akan bisa lebih membahagiakan Ibu kita apabila kita
mau memberikan sedikit waktu kita untuknya, waktu nilainya ada jauh
lebih besar daripada bunga maupun hadiah.
Renungkanlah:
Kapan kita terakhir kali menelpon Ibu?
Kapan kita terakhir mengundang Ibu?
Kapan terakhir kali kita mengajak Ibu jalan2? Dan kapan terakhir kali
kita memberikan kecupan manis dgn ucapan terima kasih kepada Ibu kita?
Dan kapankah kita terakhir kali berdoa untuk Ibu kita?
Berikanlah kasih sayang selama Ibu kita masih hidup, percuma kita
memberikan bunga maupun tangisan apabila Ibu telah berangkat, karena Ibu
tidak akan bisa melihatnya lagi.
When Mother prayed, she found sweet rest,
When Mother prayed, her soul was blest;
Her heart and mind on Christ were stayed,
And God was there when Mother prayed!
Our thanks, O God, for mothers
Who show, by word and deed,
Commitment to Thy will and plan
And Thy commandments heed. -Johnson
A thousand men may build a city,
but it takes a mother to make a home.
No man is poor who has had a godly mother! --Abraham Lincoln
Maranatha
www.mangucup.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar